Jelajah
IMG-LOGO

BPBD KAB. GARUT MENYELENGGARAKAN STUDI BANDING KE OPRB PUCUNGREJO

Create By 18 July 2022 209 Views

PUCUNGREJO - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut melaksanakan studi banding terkait manajemen Penanggulangan Bencana dari BPBD Kabupaten Garut. Rombongan BPBD Garut dihadiri oleh Kepala Sekretariat BPBD Kab. Magelang Ibu Muflikhah Roychani, ST.MM. Kepala Laksana BPBD Kab. Garut Bapak Satria Budi beserta jajarannya, Kepala Desa Pucungrejo, Bapak Mukh Ma’ruf, ST serta Sekretaris Desa Bapak Muh. Yuliyanto beserta perangkat Desa dan anggota OPRB, Selasa (5/7).

Studi banding merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan yang diterapkan kedepannya untuk menjadi lebih baik. Dalam kegiatan studi banding ini dibandingkan bagaimana OPRB Desa Pucungrejo dalam melaksanakan penanggulangan bencana, dari mulai pelaksanaan pencegahan dan kesiapsiagaan, penanganan keadaan darurat, serta pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi. Dimana nantinya tujuan utama dalam melakukan studi banding nantinya adalah menggali sebanyak mungkin informasi yang bisa didapat secara teknis real dan empiris sebagai dijadikan barometer dan pembanding yang kemudian masuk untuk menemukan sebuah pembaharuan yang aplikatif, baik untuk plan ke depan dalam jangka pendek dan jangka panjang secara futuristik.

Desa Bersaudara (Sister Village) merupakan persaudaraan 2 desa atau lebih antara desa dengan ancaman tertinggi/desa terdampak dengan desa yang aman/desa penyangga dalam rangka pengurangan resiko bencana. Adapun yang termasuk Sister Village yaitu Desa Sumber – Desa Pucungrejo – Desa Ngawen. Latar yang membelakangi Sister Village yaitu pengalaman Erupsi Merapi 2010 adanya kepanikan warga yang mengungsi karena belum adanya kepastian tempat mengungsi sehingga terpecah belah mencari lokasi yang dirasa aman. Terkadang satu keluarga juga dapat terpisah sehingga menyulitkan Pemerintah Desa yang terdampak untuk mendata warganya karena kemungkinan terpisah di beberapa lokasi, bahkan ada yang di luar daerah. Beberapa posko pengungsian melebihi kapasitas penampungan sehingga berimbas pada ketidakmampuan relawan menyediakan fasilitas dan logistik maka per tahun 2013 mulai dibentuk model manajemen penanganan bencana berfokus pada upaya pengurangan resiko bencana (mitigasi bencana) bukan sekedar tanggap darurat bencana, yaitu Model Sister Village.